Aplenium nidus versi LILIS

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI TINGKAT RENDAH
MENGIDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU SARANG BURUNG
(Aplenium nidus)





DISUSUN OLEH :
NAMA : LILIS ANDRIANI. S.
NIM : 0905015120
KELAS : SORE A


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011




MENGIDENTIFIKASI
 TUMBUHAN PAKU SARANG BURUNG
(Asplenium nidus)

A.    TUJUAN
1.   Untuk mengetahui morfologi dari tumbuhan Asplenium nidus
2.   Untuk mengetahui habitat dari tumbuhan Asplenium nidus
3.   Untuk mengetahui sistem perkembangbiakan dari tumbuhan Asplenium nidus
4.    Untuk mengetahui sistem klasifikasi dari tumbuhan Asplenium nidus
5.   Untuk mengetahui peranan tumbuhan Asplenium nidus

B.     DASAR TEORI
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yng diberi
nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae ( tumbuhan spora ) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta. Nama Cryptogamae diberikan atas dasar cara perkawinan (Alat – alat perkawinannya) yang tersembunyi (Cryptos – tersembunyi, gamos – kawin ), berbeda dengan Phanerogamae ( Tumbuhan biji ) yang cara perkawinannya tampak jelas (yang dimaksud disini sebenarnya adalah penyerbukan yang lebih dulu diketahui daripada peristiwa – peristiwa seksual yang terjadi pada golongan tumbuhan yang tidak berbiji).
            Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil dengan daun – daun yang kecil–kecil pula dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun – daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m, dari segi cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan – hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon – pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa – sisanya sekarang sebagai batu bara. Jenis – jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil (lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhanyang dimasa jayanya pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Jenis – jenis yang sekarang masih ada sebagian sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih menyukai tempat – tempat yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling besar mencapai ukuran tinggi beberapa meter saja, seperti terdapat pada marga Cyathea dan Alsophila, yang warganya masih berhabitus pohon dan kita kenal antara lain di Indonesia sebagai paku tiang.
            Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut yaitu xilem dan floem. Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
            Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga golongan seperti berikut ini:
1.      Paku Homospora (isospora)
      Menghasilkan satu jenis spora , misalnya Lycopodium (paku kawat). Spora dari paku ini dikenal sebagai 'lycopodium powder' yang dapat meledak di udara apabila terkumpul dalam jumlah cukup banyak dan pada jaman dulu digunakan sebagai lampu kilat untuk pemotretan.
2.      Paku Heterospora
      Menghasilkan dua jenis spora yanhg berlainan; yaitu mikrospora berkelamin jantan dan makrospora (mega spora) berkelamin betina, misalnya : Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane).
3.      Paku Peralihan
      Paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya, satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
            Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Psilotophyta, Lycopodophyta, Equisetophyta, Pteridophyta.
1.      Paku Purba (Psilopsida)
      Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati. Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).
2.      Paku Kawat (Lycopsida)
      Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina. Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.
3.      Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
      Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.
4.      Paku Sejati (Pteropsida)
      Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.

C.     ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a.       Pisau cutter 2 buah
b.      Kamera digital/ hp
c.       Toples 3 buah
d.      Kantung plastik 9 buah

2.  Bahan
a.       Tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus)

D.    PROSEDUR KERJA
1.      Ditentukan tumbuhan yang akan di amati dan di masukkan ke dalam toples atau kantong plastic.
2.      Diambil gambar tumbuhan yang akan diamati.
3.      Diamati morfologi dari tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus).
4.      Kemudian tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus) diherbarium sampai kering.

E.     HASIL PENGAMATAN
Gambar hasil pengamatan








Bentuk morfologi dari tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus) :
·         Bentuk daun daun berupa daun tunggal berbentuk lanset.
·         Bentuk tulang daun menyirip yang tersusun melingkar.
·         Ujung daun meruncing sedang tepi daun bergelombang.
·         permukaan daunnya licin, berwarna hijau muda mengkilat.
·         Warna daun bagian bawah lebih pucat dibandingkan permukaan daun bagian atas. Di bagian bawah terdapat garis-garis coklat sepanjang  anak tulang daun yang merupakan tempat sorus (tempat berkumpulnya kotak spora).
·         Daun tidak tidak terlepas dari rimpang (akar).

F.      PEMBAHASAN
            Pada paktikum botani tingkat rendahyang dilakukan adalah  “Mengidentifikasi tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus)”. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk morfologi, habitat, system reproduksi, system klasifikasi dan peranannya bagi manusia.
            Bersdasarkan hasil pengamtan, secara morfologi, paku sarang burung mempunyai daun berupa daun tunggal berbentuk lanset  dengan tulang daun menyirip yang tersusun melingkar, Ujung daun meruncing, tepi daun bergelombang, permukaan daunnya licin, berwarna hijau muda mengkilat. Warna daun bagian bawah lebih pucat dibandingkan permukaan daun bagian atas. Di bagian bawah terdapat garis-garis coklat sepanjang  anak tulang daun yang merupakan tempat sorus ( tempat berkumpulnya kotak spora). Daun tidak terlepas dari rimpang (akar)   
            Habitat dari paku sarang burung atau Asplenium nidus bersifat epifit atau menempel pada tumbuhan lain yang menyediakan unsure hara sebagai sumber makananya. Selain itu, Paku sarang burung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 2.500 diatas permukaan air laut.
            Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Tumbuhan paku dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual.  Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan menggunakan rizom atau pertunasan dan secara seksual terjadi secara pergiliran keturunan antara dua generasi. Secara seksual, Pergiliran keturunan pada tumbuhan paku terjadi secara bergantian antara generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit adalah tumbuhan paku itu sendiri, yaitu tumbuhan paku (sporofit) yang menghasilkan spora.  Tumbuhan paku (sporofit) dapat tumbuh dan bertunas melakukan perkembangbiakan secara aseksual. Spora yang dikeluarkan dari sporangium dan jatuh di tempat yang sesuai akan berkembang menjadi protalium.  Protalium adalah gametofit pada tumbuhan paku. Protalium berumur lebih pendek daripada sporofit. Protalium berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada subtratnya dengan rizoid. Protalium akan berkembang menjadi anteridium dan arkegonium.  
            Anteridium menghasilkan sperma, sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. Peleburan sperma dan ovum menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang diploid. Tumbuhan paku dewasa akan menghasilkan spora. Spora akan tumbuh lagi menjadi protalium dan begitu seterusnya hingga berulang siklus pergiliran keturunan.  
            Berikut ini adalah system klasifikasi dari tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
 Ordo: Polypodiales
Famili: Aspleniaceae
Genus: Asplenium
 Spesies: Asplenium nidus Linn.
            Peranan dari paku ini selain sebagai tanaman hias, Asplenium nidus (paku sarang burung) juga bermanfaat di bidang kesehatan. Karena pada paku ini terkandung flavonoid dan kardenolin yang dapat di gunakan sebagai obat, misalnya  obat radang, memperlancar aliran darah dan obat luka memar. Adapun bagian yang dapat dijadikan obat yaitu daunnya.

G.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Berdarkan pembahasan maka dapat di simpulkan:
a. Bentuk morfologi dari tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus) : Bentuk daun daun berupa daun tunggal berbentuk lanset.
Bentuk tulang daun menyirip yang tersusun melingkar. Ujung daun meruncing sedang tepi daun bergelombang. permukaan daunnya licin, berwarna hijau muda mengkilat. Warna daun bagian bawah lebih pucat dibandingkan permukaan daun bagian atas. Di bagian bawah terdapat garis-garis coklat sepanjang  anak tulang daun yang merupakan tempat sorus (tempat berkumpulnya kotak spora).
b.   Habitat dari tumbuhan paku sarang burung (Asplenium nidus), yaitu menempel pada tumbuhan lain yang banyak mengandung unsure hara.
c.    System perkembang biakan terjadi secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan menggunakan rizom atau pertunasan dan secara seksual terjadi secara pergiliran keturunan antara dua generasi.
d.   System klasifikasinya:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Aspleniaceae
Genus: Asplenium
Spesies: Asplenium nidus Linn.
e.    Peranan bagi manusia, sebagai tanaman hias dan dapat digunakan sebagai obat.

2.      Saran
      Sebaiknya jika pada saat praktikum diluar kampus atau praktikum dilapangan setiap kelompok perlu dibimbing oleh asisten ppraktikum, agar pada saat praktikum jika ada yang tidak diketahui oleh praktikan bias langsung bertanya pada pada asiaten praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press: Yogjakarta.
http://mstropk.com/tumbuhan-paku-pteridophyta/
pdf. PTERYDOPHYTA

3 komentar:

Anonim

brguna banget

Unknown

Terimakasih kunjungannya....

obat tradisional jelly gamat

obat tradisional patah tulang
obat infeksi usus
obat pembengkakan lutut
obat radang paru paru anak
obat Nyeri Lambung
obat gatal selangkangan

Posting Komentar

Kritik dan Sarannya ya...

Agar kami para ADMIN dapat lebih mengembangkan blog ini....